Pada tahun 1928 Kongres Pemuda II di Jakarta berlangsung penuh semangat perubahan. Perubahan tentu dimulai dengan cita-cita, keinginan untuk merubah situasi yang kala itu masih terbelenggu penjajahan Belanda.
Di saat kongres Pemuda II yang menelorkan "Sumpah Pemuda " suatu keinginan "mimpi" para pemuda untuk menyatukan bahasa Nusantara, suku Nusantara, dan Budaya Nusantara menjadi Bangsa yang bersatu.
Ketika sumpah itu diucapkan pemuda saat itu, mereka tak tahu bahwa Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
Mereka tak juga meramalkan atau menentukan hari kapan Indonesia Merdeka. Namun cita-cita itu telah bersemayam di jiwa para pemuda. Suatu cita-cita yang sangat dasar sebagai kunci perubahan situasi saat itu.
Kini Setelah Indonesia 67 taun merdeka, justru makin terpuruk dengan apa yang dimaksud Sumpah Pemuda itu.
Pemuda kita masih terbelenggu oleh kesempatan bahkan dibeberapa tempat dimana pemuda harus tampil. Seperti di berbagai organisasi kepemudaan, tampak yang tua-tua masih ingin saja menjadi pemimpin. Di organisasi politik apalagi, yang muda ditempatkan di barisan "cape" bukan di bagian pemimpin apalagi pemegang kendali. Kemudian pendapat pemuda kadang menjadi suara angin lalu seperti lagu kontemporer yang silih berganti, dianggap hiburan semata, dan tak dihargai suaranya.
Jika yang tua-tua tetap masih "kemaruk" menjadi pemimpin maka bukan tidak mungkin negeri ini lamban atas perubahan, lamban merubah tatanan pemerintahan , lamban merubah karakter korupsi , lamban merubah karakter partai politik dan sebagainya.
Bukan tidak mungkin karena masalah yang tua-tua ini tidak memberi kesempatan pada para pemuda, maka kita lambat reformasi. Bagaimana mungkin akan berubah jika para pemimpin partai politik tetap sampai dicabut nyawanya tidak mau lengser memberikan kesempatan pada para pemuda. Bagaimana mungkin negara menjadi semakin baik, jika suara para pemuda tak didengar. Bagaimana munglkin menjadi negara yang menjadi produsen, jika yang tua-tua beranggapan bahwa daya cipta pemuda Indonesia lebih rendah dari produk luar.
Percuma kita memperingati hari sumpah pemuda kalau yang tua-tua tidak memberikan kesempatan pada yang muda.
Di saat kongres Pemuda II yang menelorkan "Sumpah Pemuda " suatu keinginan "mimpi" para pemuda untuk menyatukan bahasa Nusantara, suku Nusantara, dan Budaya Nusantara menjadi Bangsa yang bersatu.
Ketika sumpah itu diucapkan pemuda saat itu, mereka tak tahu bahwa Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
Mereka tak juga meramalkan atau menentukan hari kapan Indonesia Merdeka. Namun cita-cita itu telah bersemayam di jiwa para pemuda. Suatu cita-cita yang sangat dasar sebagai kunci perubahan situasi saat itu.
Kini Setelah Indonesia 67 taun merdeka, justru makin terpuruk dengan apa yang dimaksud Sumpah Pemuda itu.
Pemuda kita masih terbelenggu oleh kesempatan bahkan dibeberapa tempat dimana pemuda harus tampil. Seperti di berbagai organisasi kepemudaan, tampak yang tua-tua masih ingin saja menjadi pemimpin. Di organisasi politik apalagi, yang muda ditempatkan di barisan "cape" bukan di bagian pemimpin apalagi pemegang kendali. Kemudian pendapat pemuda kadang menjadi suara angin lalu seperti lagu kontemporer yang silih berganti, dianggap hiburan semata, dan tak dihargai suaranya.
Jika yang tua-tua tetap masih "kemaruk" menjadi pemimpin maka bukan tidak mungkin negeri ini lamban atas perubahan, lamban merubah tatanan pemerintahan , lamban merubah karakter korupsi , lamban merubah karakter partai politik dan sebagainya.
Bukan tidak mungkin karena masalah yang tua-tua ini tidak memberi kesempatan pada para pemuda, maka kita lambat reformasi. Bagaimana mungkin akan berubah jika para pemimpin partai politik tetap sampai dicabut nyawanya tidak mau lengser memberikan kesempatan pada para pemuda. Bagaimana mungkin negara menjadi semakin baik, jika suara para pemuda tak didengar. Bagaimana munglkin menjadi negara yang menjadi produsen, jika yang tua-tua beranggapan bahwa daya cipta pemuda Indonesia lebih rendah dari produk luar.
Percuma kita memperingati hari sumpah pemuda kalau yang tua-tua tidak memberikan kesempatan pada yang muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar