TEKS SULUH NEWS


Jumat, 17 Agustus 2012

MUKA "GEDEG" PARA PEJABAT DAN MENTRI INDONESIA

Presiden SBY sudah sejak lama terkenal "lambat" mengambil keputusan. Terutama pada mentri dan pejabat negara yang jelas-jelas tidak mampu menjalankan tugasnya.Bahkan juga pada mentri dan pejabat yang santer terlibat korupsi baik langsung ataupun tidak langsung. Keadaan ini terkadang membuat jengkel masyarakat.
Kemudian karakter para pejabat/mentri kita  memang muka tebal (gedeg) mereka tidak akan kapok atau malu atau merasa bersalah. Bahkan lebih banyak bohong dan "mungkir" atas perbuatannya.
Sudah jelas tidak mampu bertugas, berbuat sebagaimana fungsinya, tetap saja "mbalelo" dan "cuek bebek".
Alasan dibuat aneka macam untuk menutupi perbuatannya yang kurang beres.
Sebagaimana contoh adalah mentri Andi Mararangeng yang memang jelas kurang "beres" menangani olah raga.

67 Merdeka , Negeri Miskin Prestasi Olah Raga

Prestasi olah raga Indonesia dalam era SBY ini merupakan prestasi terpuruk dalam sejarah olah raga Nasional, terutama prestasi olah raga di event-event internasional. Namun anehnya Presiden yang  terkenal lamban mengambil keputusan ini malah membiarkan prestasi olah raga kita merosot dan membiarkan mentri yang menangani olah raga di Indonesia yang banyak "bacot" (istilah preman) nyerocos menutupi kinerjanya yang gagal.

Jumat, 10 Agustus 2012

NEGERI YANG INGIN BEBAS KORUP TAPI SETENGAH HATI

Adalah Indonesia di 2012 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap  dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi.
    Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat.
    Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik.
   Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini. Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.